Advertisement
Begini Perayaan Hari Raya Keagamaan di Berbagai Negara

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perayaan hari besar keagamaan setiap negara berbeda-beda. Budaya dan tradisi menjadikan satu sama lain patut untuk dinikmati.
Malandainya kasus Covid-19 membuat perayaan Natal dan Tahun Baru 2023 berpotensi semarak. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang banyak pembatasan, tahun ini justru ada isu apabila Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan dicabut. Covid-19 di Indonesia sudah masuk tahap endemi.
Advertisement
Selain kebiasaan liburan atau pulang kampung di Indonesia, ada beberapa jenis perayaan atau kebiasaan masyarakat di berbagai negara saat menyambut hari besar keagamaan.
Natal
Natal di Filipina mungkin surganya mereka yang menyukai cahaya. Setiap tahun, masyarakat di Kota San Fernando mengadakan Ligligan Parul atau Festival Lampion Raksasa. Festival ini menampilkan parol arau lentera unik dan besar yang melambangkan Bintang Betlehem. Setiap parol terdiri dari ribuan lampu berputar yang menerangi langit malam.
Berbeda dengan kebanyakan negara yang merayakan Natal pada 25 Desember, Ukraina merayakan hari besar ini pada 7 Januari. Dalam agenda besar ini, masyarakat Ukraina serentak mengenakan pakaian tradisional. Mereka akan berjalan kaki keliling kota sembari menyanyikan lagu-lagu Natal.
Perayakan Natal pada 7 Januari merujuk pada wilayah ini yang menganut Kristen Ortodoks. Mereka juga masih mengikuti kalender Julian. Hal yang sama juga berlaku ketika perayaan Tahun Baru. Bila mayoritas negara merayakan Tahun Baru setiap 31 Desember-1 Januari, orang Ukraina memperingati Tahun Baru pada tanggal 14 Januari.
Imlek
Tradisi pulang kampung saat hari raya besar tidak hanya ada di Indonesia. Saat Imlek, penduduk Korea Selatan dan Cina banyak yang pulang kampung. Tujuannya sama, bertemu dengan keluarga dan mengunjungi makam leluhur.
Imlek di Korea Selatan dikenal dengan sebutan Seollal. Berlangsung selama tiga hari, umumnya masyarakat akan pulang kampung untuk melakukan ritual penghormatan kepada orang tua dan juga leluhur. Saat ritual, masyarakat menggunakan seolbim atau pakaian tradisional khusus untuk Seollal. Makanan utama perayaan berupa tteokguk atau sup kue beras. Makanan ini lambang menyambut awal tahun dengan tubuh dan pikiran yang bersih.
Begitu pun di Cina. Penghormatan pada orang tua dan leluhur membuat masyarakatnya banyak yang pulang kampung. Salah satu tradisinya makan malam bersama. Agenda ini dianggap sebagai salah satu momen terpenting selama setahun.
Kantung merah atau yang biasa sebut angpau juga menjadi salah satu tradisi sebagai hadiah berisi uang yang dipertukarkan. Dalam perkembangannya, warga Cina kini menggunakan platform digital sebagai sarana untuk memberikan angpau.
Idulfitri
Saling berkunjung dan meminta maaf mungkin kegiatan yang wajar saat Idulfitri. Namun bagaimana dengan perang telur saat hari suci ini. Ya, ini terjadi di Afghanistan. Masyarakat setempat menyebutnya Tokhm-Jangi. Untuk bisa bergabung dalam acara, para lelaki akan berkumpul di lapangan dengan membawa telur ayam rebus.
Setelah melakukan salat Idulfitri bersama, orang-orang akan berkumpul dan saling memecahkan telur rebus milik orang di sekitarnya. Peserta akan dianggap sebagai pemenang jika kulit telurnya tak pecah hingga akhir lomba.
Tentu ini muaranya pada kebahagiaan dan saling memperdekat diri. Misalpun ada yang kemudian berselisih, langsung bermaafan. Kan hari Idulfitri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

CSR Geo Berbagi, Beri Bantuan Sosial Yayasan Efata Untuk Perawatan ODGJ
Advertisement

KPK Temukan Potensi Korupsi Triliunan di BPD terkait Penyaluran Kredit
Advertisement
Berita Populer
- 11 Cara Kematian Paling Menyakitkan Menurut Sains
- Selain Enak, Deretan Makanan Super Ini Bisa Cegah Penyakit
- Manfaat Tertawa, Menggigil, hingga Muntah pada Tubuh Anda
- Sejumlah Zodiak Ini Diramalkan Menikah di Tahun 2023
- Seorang Ibu Minum ASI Sendiri karena Tak Rela Jika Dibuang
- Wajah dan Tubuh Tidak Simetris, Ini Penyebabnya
Advertisement